17/11/10

KEJUJURAN DALAM HUBUNGAN-HUBUNGAN



Kejujuran dalam hubungan-hubungan bergereja harus dilestarikan karena jika tidakmaka akan menimbulkan perpecahan dalam jemaat, meretakkan persahabatan dan  merusak kesaksian Kristen gereja di masyarakat. Untuk itu, diperlukan pemahaman tentang prinsip-prinsip komunikasi.
Hubungan-hubungan  yang erat menuntut adanya komunikasi, yaitu komunikasi yang efektif, jujur dan bersifat saling mendukung. Kredibilitas yang dibangun di atas kejujuran sangat banyak diperlukan sementara berkomunikasi (Efesus 4 : 25). Kejujuran tidak berarti kekejaman dan kekasaran juga tidak perlu berarti berbagi keadaan diri sendiri yang terdalam dengan setiap orang. Yang terpenting yaitu mengatakan hal-hal yang berarti, bersifat membangun dan benar.
Cara mengembangkan komunikasi yang jujur dan bersifat membangun dalam hubungan-hubungan :
1.      Meminta Allah agar memberikan motivasi yang benar (Fil. 2 : 4)
2.      Belajar untuk mendengarkan orang lain .
3.      Menghindari canda yang berlebihan serta kata-kata yang menyela dan menyinggung perasaan.
4.      Mempelajari cara untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti.
5.      Menyatakan pandangan – pandangan dengan cara yang jujur tetapi tidak mengancam.
6.      Jangan membiarkan ketidaksetujuan memutus komunikasi termasuk bersikap diam.

Bagi seorang pemimpin sudah sepatutnya menjadi seorang teladan yang baik karena pemimpin selalu menjadi sorotan utama bagi bawahannya. Menjalin hubungan-hubungan yang jujur adalah suatu bagian yang utama dari tanggung jawab dari kepemimpinan gereja. Salah satunya dilakukan dengan mendukung keputusan-keputusan dengan jujur dan positif.
Persyaratan untuk berhubungan baik antara lain, menjadi orang yang gampang diajari, jangan menganggap bahwa pendapat sayalah yang benar, memperhatikan pandangan orang lain dan menjadi pelayan (Mat. 20:27,28).

KEJUJURAN DALAM PERSELISIHAN

Berinteraksi dalam hubungan bergereja tidak lepas dari perselisihan-perselisihan kecil karena sudah sebagai alaminya manusia mengalami gesekan-gesekan. Perselisihan adalah hal biasa dalam pertumbuhan dan kehidupan jemaat gereja, namun harus mencoba sekuat mungkin menghindarinya. Perselisihan dan penyelesaiannya dapat menyatakan solidaritas dari hubungan- hubungan dalam jemaat gereja.
Jalan keluar yang baik adalah secepat mungkin mengakui bahwa perselisihan itu memang ada, menceritakan perselisihan itu kepada seseorang yang tidak berpihak, mengemukakan perselisihan itu sedini mungkin dalam suatu pembicaraan yang terbuka, bersedia kompromi atau mengakui bahwa saya bersalah, berbicara dengan jujur tapi tidak kasar dan kejam lalu memulihkan hubungan-hubungan.

KEJUJURAN DALAM KEPEMIMPINAN

Sebagai seorang pemimpin atau calon pemimpin, saya harus memenuhi syarat-syarat alkitabiah untuk jabatan-jabatan tertentu, contohnya harus seorang pendamai, memiliki nama baik diluar jemaat dan tidak bercabang lidah. Jika hal itu tidak dilakukan beberapa masalah akan timbul seperti kemunafikan, dosa terbuka, serta kekurangan kedewasaan rohani yang sejati.

KEJUJURAN DAN EFEKTIVITAS GEREJA

Tradisi dan kurangnya evaluasi yang jujur dapat menahan saya terkurung dalam macam- macam kebiasaan jadwal, konsep, dan kegiatan yang sebetulnya sudah tidak dibutuhkan lagi. Maka saya harus melakukan hal-hal berikut:
1.  Mengevaluasi kebutuhan-kebutuhan.
2.  Mengevaluasi program-program apakah itu menolong orang-orang dalam kehidupan rohani.
3. Mengembangkan persekutuan yang benar dan membantu gereja saya bertumbuh dengan pelayanan kepada orang di luar gereja.

Refleksi dari bacaan ini bagi saya adalah saya harus selalu menjunjung kejujuran dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam lingkungan bergereja, dimana di dalamnya itu terdapat kejujuran dalam perselisihan, kepemimpinan, dan efektivitas gereja. Semuanya dilakukan dengan berlandaskan Alkitab sebagai pedomannya.

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger