15/02/11

Surat Paulus Ke jemaat Galatia


BAB I
PENDAHULUAN

PENULIS SURAT GALATIA
Penulis surat Galatia ini sudah jelas dan semua gereja mula-mula dan bapa-bapa gereja telah sepakat bahwa surat ini dituliskan oleh Paulus[1]. Hal tersebut dapat kita lihat dalam pembukaan salamnya “Dari Paulus, seorang rasul….” (Gal.1:1). Dalam Galatia 4:20 dan Galatia 6:4 jelas sekali menunjukkan bahwa penulisnya adalah rasul Paulus sendiri.
ALAMAT DAN TAHUN PENULISAN
Dalam hal tersebut kepada siapa surat Galatia ini ditujukan belum dapat dipastikan secara jelas. Akan tetapi ada dua anggapan yang akan menjelaskan hal tersebut yaitu :
a.       Daerah kecil di sebelah Utara Asia Kecil, yang didiami oleh orang Galatia asal Keltik yang tinggal di wilayah Ankara, ibu kota Turki sekarang.
b.      Provinsi Galatia yang di mana meliputi Asia Kecil, Liakonia (Galatia Selatan)
Akan tetapi, banyak yang beranggapan bahwa surat itu dituliskan kepada orang Galatia yang ada di sebelah Utara Asia kecil itu. Hal itu dapat kita lihat pada Galatia 3:1 “Hai orang-orang Galatia….” Sebutan orang Galatia biasanya digunakan kepada orang Galatia asal Keltik. Jika memang benar surat Galatia ditujukan kepada orang Galatia seperti yang telah dijelaskan di atas maka surat itu ditulis antara tahun 55M-58M, yaitu pada perjalanan misioner Paulus yang kedua dan ketiga (bdk. Kis. 16:6; 18:23). Kemungkinan selama Paulus tinggal di Efesus
            Akan tetapi hal itu tidak dapat juga dipastikan secara jelas, karena banyak juga yang beranggapan bahwa surat ini dikirim ke Galatia bagian Selatan, di mana Paulus memberitakan Injil pada perjalanan misionernya yang pertama [2]. Jika hal tersebut benar maka surat ini barangkali ditulis di Antiokhia (Siria) kira-kira tahun 48SM. Namun sampai sekarang kedua hal itu belum dapat dijelaskan secara pasti kepada siapa Surat Galatia ini dituliskan oleh Paulus.
KUNJUNGAN-KUNJUNGAN PAULUS KE GALATIA
Dalam Galatia 4:13 dikatakan “Kamu tahu bahwa aku pertama sekali memberitakan Injil kapadamu”. Hal tersebut berarti Paulus sudah dua kali ke Galatia sebelum ia menuliskan suratnya ke Galatia. Kedua kunjungan itu berselang tiga tahun. [3]
Kunjungan Pertama
Kunjungan pertamanya adalah karena Paulus sakit (Gal. 4:13). Nampaknya Paulus tidak bermaksud untuk memberitakan Injil di Galatia, karena ia diserang oleh suatu penyakit. Tapi sekalipun ia sakit, orang Galatia menyambut dia denga sukacita yang luar biasa (Gal. 4:14-15). Walaupun Paulus sakit akan tetapi ia memberitakan Injil yang membuat orang merasa terharu dan menerima Injil yang diberitakan Paulus dengan gembira. Paulus kira-kira berada di sana selama tiga bulan sampai ia sembuh.[4]
Kunjungan Kedua
Pada kunjungan kedua Paulus kecewa dengan suasana jemaat sudah tidak seperti dulu lagi karena iman mereka sudah jatuh oleh pengajaran lain. Paulus mengatakan kepada jemaat dalam kunjungannya yang kedua “Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu Injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima terkutuklah dia” (Gal. 1:9). Hal itu tentu terjadi pada kunjungan Paulus yang kedua, sebab pada kunjungan yang pertama belum ada masalah yang terjadi pada jemaat Galatia.[5]
LATAR BELAKANG PENULISAN
Paulus menuliskan suratnya ini karena ia sangat kecewa terhadap jemaat Galatia yang begitu cepat berbalik dari Tuhan Yesus dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan injil yang telah diberitakannya (Gal. 1:6-7a)[6]. Hal itu disebabkan oleh orang-orang Kristen yang berasal dari kalangan Yahudi[7]. Mereka mempersoalkan mengenai masalah Hukum Taurat kepada para jemaat (Gal. 5:2,3; 6:12,13). Untuk menjelaskan permasalahan itu kita dapat membuat dua pertanyaan sebagai berikut :

1.      Apakah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itu
     satu-satunya syarat untuk selamat?
2.      Ataukah ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari P.L.
diperlukan untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus?

TUJUAN PENULISAN

Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan orang yang baru dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa mereka disunatkan dan menerima kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan dan. Setelah mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini dengan tujuan sebagai berikut :


1.      Untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat
     di bawah perjanjian lama, tidak ada hubungan dengan pekerjaan kasih
      karunia Allah dalam Kristus untuk keselamatan di bawah perjanjian yang
      baru; dan
2.      menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup
      rohani oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bukan oleh ikatan
      kepada hukum Taurat PL.

CIRI KHAS SURAT GALATIA

Dalam Surat Galatia ini sendiri kita dapat melihat ada beberapa ciri-ciri yang khas yaitu sebagai berikut :

1.      Surat ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam PB tentang sifat hakiki Injil.
2.      Nadanya tajam, berapi-api dan mendesak ketika Paulus menghadapi pelawan-pelawan yang salah (Gal. 1:8-9; 5:12) dan menegur anggota jemaat Galatia karena mudahnya mereka tertipu (Gal. 1:6; 3:1; 4:19-20).
3.      Surat ini berisi daftar buah Roh (Gal. 5:22-23) dan daftar yang paling lengkap mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (Gal. 5:19-21).
BAB II
PEMBAHASAN

RINGKASAN INTI BERITA SURAT GALATIA

Pasal 1 dan 2
Dalam penulisan suratnya kepada jemaat Galatia kelihatannya berbeda dengan surat-surat kirimannya yang lain. Suratnya yang lain selalu diawali dengan ucapan syukur dengan kegembiraan besar atas perkembangan Injil. Dalam suratnya ini Paulus tidak mengucap syukur. Mengapa? Bagi Paulus soal iman menjadi soal hidup dan mati dan bukan merupakan perkara yang sepele. Oleh sebab itulah Paulus tidak mengatakan hal itu karena itu semua akan sia-sia.
Dalam Galatia 1:1 menganggap dirinya sebagai rasul yang berbicara dengan wewenang rasuli. Paulus mengatakan bahwa Injil yang diberitakannya bukanlah Injil manusia karena ia menerimanya bukanlah dari manusia malainkan menerimanya melalui penyataan Yesus Kristus kepadanya (Gal. 1:11-12). Setelah menerima penyataan itu ia tidak mempertimbangkannya kepada manusia (1:17). Oleh sebab itulah Injil yang diberitakannya mutlak asli atau merupakan Injil yang murni.
Banyak orang yang mengatakan bahwa Injil yang diberitakan oleh Paulus berbeda dengan yang diajarkan oleh rasul-rasul lainnya. Akan tetapi, hal itu tidaklah sama sekali benar karena Paulus berkata bahwa mereka (para rasul) telah melihat anugrah yang ada padanya dan mereka berjabat tangan dan pergi memberitakan Injil. Di mana Paulus kepada yang tidak bersunat dan para rasul kepada yang bersunat (2:9).

Pasal 3 dan 4
Dalam pasal ini menunjukkan apa artinya Injil yang murni. Kedua pasal ini menekankan keunggulan Injil di atas Hukum Taurat. Hal itu dapat kita lihat sebagai berikut :
1.        “Roh” lebih unggul dari pada “daging” (3:3).
2.        Iman lebih unggul dari “melakukan Hukum Taurat” (3:2).
3.        “Dibenarkan karena iman” lebih unggul dari “Kerana melakukan  Hukum Taurat” (3:8.11).
4.        “diberkati” lebih unggul dari “terkutuk" (3:9-10).
5.        “Janji kepada Abraham” lebih unggul dari “janji kepada Musa” (3:16-22).
6.        “Kedewasaan” lebih unggul dari “di bawah pengawasan penuntun” (3:25-26).
7.        “Keadaan anak” lebih unggul dari “keadaan hamba” (3:23; 4:6).
8.        “Kemerdekaan” lebih unggul dari “perhambaan” (4:8, 221-22).

Pasal 5dan 6
Dalam dua pasal terakhir ini Paulus menasihatkan kepada orang Galatia. “Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan” (5:1). Kedua pasal ini membentangkan kemerdekaan dalam Kristus dengan mengenakannya dalam kehidupan dan kelakuan. Kemerdekaan dalam hal tersebut dijelaskan dalam dua hal yaitu :
1.       Kemerdekaan untuk melayani, demi kasih, bukan perhambaan di bawah Taurat (5:1-15).
2.      Kemerdekaan dalam Roh, bukan perhambaan di bawah “ keinginan daging” (5:16-6:10).

 OUTLINE :
 PENDAHULUAN : 1:1-9.
I.       PAULUS MEMBELA DIRI SEBAGAI  RASUL (1:10-2:21).
a.       Kerasulan Paulus di jelaskan (1:10-17).
b.      Hubungan dengan rasul-rasul di Yerusalem (1:18-24).
c.       Kerasulan Paulus ditegaskan (2:1-10).
d.      Hubungan dengan Petrus (2:11-21).
II.    PAULUS MENJELASKAN BERITA INJILNYA(3:1-4:31).
a.       Dijelaskan dari pengalaman orang Galatia (3:1-5).
b.      Dijelaskan dengan contoh Abraham (3:6-10).
c.       Dijelaskan atas dasar Hukum Taurat (3:10-4:11).
d.      Dijelaskan dengan hubungan antara Paulus dan para jemaat di Galatia pada waktu dia melyani mereka (4:21-20).
e.       Dijelaskan atas dasar janji Allah (4:21-31).
III. BERITA INJIL DITERAPKAN SECARA PRAKTIS (5:1-6:15).
a.       Injil membawa kemerdekaan (5:1-12).
b.      Kemerdekaan Kristen harus dipraktekkan dengan kasih (5:13-15).
c.       Kemerdekaan Kristen adalah kemerdekaan Roh (5:16-26).
d.      Kemerdekaan Kristen adalah untuk melayani (6:1-10).
e.       Kemerdekaan Kristen memisahkan kita dari hal-hal duniawi (6:11-15).
 KATA PENUTUP :  6:16-18.
 
BAB III
PENUTUP

Setelah kita membahas surat Galatia tersebut maka kita dapat melihat bahwa kunci dari surat ini adalah kemerdekaan oleh Injil . Perkataan “bebas” atau “merdeka” kurang lebih diulang sebanyak 10 kali dalam surat ini. Di mana dasar kemerdekaan itu terdapat dalam pasal 1 dan 2 yang membentangkan keaslian Injil. Kemudian kebenaran tentang kemerdekaan dijelaskan dalam pasal 3 dan 4, dan hasil kemerdekaan diperlihatkan dalam pasal 5 dan 6. Puncaknya terdapat dalam 5:1 “ Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan”

RELEVANSINYA PADA MASA SEKARANG
Setelah kelompok kami membahas mengenai surat Paulus kepada jemaat Galatia kami menyimpulkan beberapa hal atau apa relevansi surat ini kepada kita pada masa sekarang ini.
1.      Kebenaran Injil Kristus tidak dapat diubah oleh injil lain, sebab Injil Kristus selalu relevan sejak dahulu, sekarang dan masa yang akan datang.
2.      Keselamatan yang kita dapat bukanlah karena kita melakukan kebaikan atau karena usaha yang kita lakukan.
3.      Allah mengasihi kita bukan Karena kita melakukan sesuatu akan tetapi karena Allah memang.

 
DAFTAR PUSTAKA
Tulluan Ola,
1999    Intruduksi Perjanjian Baru, Batu: Literatur YPPII
Wijaya Darma,
1999    Sekilas bersama Paulus, Yogyakarta : (IKAPI)
   j. Baxter Sidlow
                         1952, Menggali isi Alkitab, Jakarta : (IKAPI)
   Drane Jhone
                         2001, Memahami perjanjian Baru, Jakarta : (IKAPI)


[1] Ola Tulluan,  Introduksi Perjanjian Baru (Malang:Literatur YPPII,1999), hal.155.
[2] John Drane, Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: Gunung Mulia, 1996), hal. 322.
[3] J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab, Jilid.4 (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1952), hal. 84.
[4] Ibid.
[5] J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab, Jilid.4 (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1952), Hal. 84.
[6] Ola Tulluan, Eksposisi Surat Galatia (Malang: Literatur YPPII,2001), Hal. 5.
[7] Mereka ini adalah guru-guru yang mengajarkan ajaran-ajaran Yahudi.

17/11/10

KEJUJURAN DALAM HUBUNGAN-HUBUNGAN



Kejujuran dalam hubungan-hubungan bergereja harus dilestarikan karena jika tidakmaka akan menimbulkan perpecahan dalam jemaat, meretakkan persahabatan dan  merusak kesaksian Kristen gereja di masyarakat. Untuk itu, diperlukan pemahaman tentang prinsip-prinsip komunikasi.
Hubungan-hubungan  yang erat menuntut adanya komunikasi, yaitu komunikasi yang efektif, jujur dan bersifat saling mendukung. Kredibilitas yang dibangun di atas kejujuran sangat banyak diperlukan sementara berkomunikasi (Efesus 4 : 25). Kejujuran tidak berarti kekejaman dan kekasaran juga tidak perlu berarti berbagi keadaan diri sendiri yang terdalam dengan setiap orang. Yang terpenting yaitu mengatakan hal-hal yang berarti, bersifat membangun dan benar.
Cara mengembangkan komunikasi yang jujur dan bersifat membangun dalam hubungan-hubungan :
1.      Meminta Allah agar memberikan motivasi yang benar (Fil. 2 : 4)
2.      Belajar untuk mendengarkan orang lain .
3.      Menghindari canda yang berlebihan serta kata-kata yang menyela dan menyinggung perasaan.
4.      Mempelajari cara untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti.
5.      Menyatakan pandangan – pandangan dengan cara yang jujur tetapi tidak mengancam.
6.      Jangan membiarkan ketidaksetujuan memutus komunikasi termasuk bersikap diam.

Bagi seorang pemimpin sudah sepatutnya menjadi seorang teladan yang baik karena pemimpin selalu menjadi sorotan utama bagi bawahannya. Menjalin hubungan-hubungan yang jujur adalah suatu bagian yang utama dari tanggung jawab dari kepemimpinan gereja. Salah satunya dilakukan dengan mendukung keputusan-keputusan dengan jujur dan positif.
Persyaratan untuk berhubungan baik antara lain, menjadi orang yang gampang diajari, jangan menganggap bahwa pendapat sayalah yang benar, memperhatikan pandangan orang lain dan menjadi pelayan (Mat. 20:27,28).

KEJUJURAN DALAM PERSELISIHAN

Berinteraksi dalam hubungan bergereja tidak lepas dari perselisihan-perselisihan kecil karena sudah sebagai alaminya manusia mengalami gesekan-gesekan. Perselisihan adalah hal biasa dalam pertumbuhan dan kehidupan jemaat gereja, namun harus mencoba sekuat mungkin menghindarinya. Perselisihan dan penyelesaiannya dapat menyatakan solidaritas dari hubungan- hubungan dalam jemaat gereja.
Jalan keluar yang baik adalah secepat mungkin mengakui bahwa perselisihan itu memang ada, menceritakan perselisihan itu kepada seseorang yang tidak berpihak, mengemukakan perselisihan itu sedini mungkin dalam suatu pembicaraan yang terbuka, bersedia kompromi atau mengakui bahwa saya bersalah, berbicara dengan jujur tapi tidak kasar dan kejam lalu memulihkan hubungan-hubungan.

KEJUJURAN DALAM KEPEMIMPINAN

Sebagai seorang pemimpin atau calon pemimpin, saya harus memenuhi syarat-syarat alkitabiah untuk jabatan-jabatan tertentu, contohnya harus seorang pendamai, memiliki nama baik diluar jemaat dan tidak bercabang lidah. Jika hal itu tidak dilakukan beberapa masalah akan timbul seperti kemunafikan, dosa terbuka, serta kekurangan kedewasaan rohani yang sejati.

KEJUJURAN DAN EFEKTIVITAS GEREJA

Tradisi dan kurangnya evaluasi yang jujur dapat menahan saya terkurung dalam macam- macam kebiasaan jadwal, konsep, dan kegiatan yang sebetulnya sudah tidak dibutuhkan lagi. Maka saya harus melakukan hal-hal berikut:
1.  Mengevaluasi kebutuhan-kebutuhan.
2.  Mengevaluasi program-program apakah itu menolong orang-orang dalam kehidupan rohani.
3. Mengembangkan persekutuan yang benar dan membantu gereja saya bertumbuh dengan pelayanan kepada orang di luar gereja.

Refleksi dari bacaan ini bagi saya adalah saya harus selalu menjunjung kejujuran dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam lingkungan bergereja, dimana di dalamnya itu terdapat kejujuran dalam perselisihan, kepemimpinan, dan efektivitas gereja. Semuanya dilakukan dengan berlandaskan Alkitab sebagai pedomannya.

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger